Sabtu, 17 Desember 2016

Serba - Serbi KPHP Model Mandailing Natal


Beberapa kaledisokop dari KPHP Model Mandailing Natal
Silahkan......
 

Tampak dari atas kantornya KPHP Model Mandailing Natal

        























Ini dia, Kepala KPH nya, lagi pose dengan view Taman Nasional Raja Ampat

Kepala KPHP Model Mandailing Natal, Muliawan, SP




Lalu, ini Kepala Tata Usaha, alumnus Forester IPB

Nelly Renta Uli Tampubolon, S. Hut

 

 

 

 



Serba - serbi di lapangan

 

 

 

 

 



Masih on the field

 

 

 

 

 



Lagi, on the field juga...

 

 

 

 

 



Salah Satu HHBK andalan KPHP Model Mandailing Natal

 

 

 

 

 



Masih serba - serbi KPHP Model Mandailing Natal

 

 

 

 




Prajurit tempur-nya KPHP Model Mandailing Natal






Kepala KPHP Madina lagi on fire

On the field again

 

 

 

 

 

























Ini foto ane, sewaktu perancangan awal dokumen Kemitraan Hutan Tanaman :)

Si Lelaki Berselimut Malam






Pelatihan Budidaya Lebah Madu Bersama Masyarakat Sebagai Bentuk Kemitraan Hutan Tanaman

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Madu murni adalah cairan nektar bunga yang dihisap oleh lebah madu kedalam kantong madu didalam tubuhnya. Nektar bunga yang telah dihisap diolah dalam tubuh lebah dengan dicampur enzim tertentu kemudian dikeluarkan kembali ketempat penyimpanan madu di sarang lebah. Komposisi madu murni sangat beraneka ragam tergantung dari sumber nektar dimana lebah memperolehnya. Namun dari manapun nektarnya, madu murni merupakan sumber gizi yang sangat lengkap.

Madu murni mengandung vitamin – mineral, protein, zat hidrat arang, hormon, antibiotik dan trace elemen, vitamin A, semua jenis vitamin B kompleks, beta caroten, vitamin C, D, E dan K. Mineral dalam bentuk garam: Mg, S, Fe, Ca, Cl, K, Y, Na, Cu, dan Mn. Madu murni mengandung enzim aktif yang tidak dapat di produksi manusia. Enzim inilah unsur yang paling penting di dalam madu yang berfungsi sebagai kelangsungan rekasi kimia biologis dan sitem metabolisme di dalam tubuh. Enzim di dalam madu merupakan enzim terbaik yang dapat kita peroleh dari semua makanan yang ada.

Agar hasil madu maksimal maka harus adanya monitoring untuk mengetahui adanya hama yang mengganggu dan juga untuk mengetahui adanya pakan cukup berupa nektar dan polen. Hal yang penting juga memberikan pakan tambahan berupa air gula terutama di saat nektar di sekitar mulai menipis dan juga perlunya pengembalaan maksudnya memindahkan lebah madu pada daerah yang tersedia cukup nektar dan polen untuk lebah madu. Hama yang biasanya mengganggu yaitu: (1) tungau, pengendaliannya dengan pembersihan stup dan semua lemaran sarang, juga bisa dengan menaruh tembakau di stup dan diganti tiap minggu. (2) burung, biasanya burung walet, menyambar lebah yang sedang terbang dan dapat memakan 300 ekor lebah. Pengendaliannya dengan memasang jaring. (3) tawon, seperti jenis vespa spp. Di Indonesia Vespa veluntina. Dia dapat menangkap 7 ekor sekaligus dalam penyerangannya. Pengendalian dengan membunuh langsung dan membakarnya. (4) Cecak, bisa masuk ke stup memakan lebah serta dapat berkembang biak di dalam stup. Pengendalian dengan membunuh langsung. (5) Tikus, melakukan pengrusakan yang paling besar, semuanya dimakan termasuk sarang. Pengendalian melakukan pengemposan dengan belerang di lubang tikus tempat bersarangnya tikus. 

Produk lebah madu berupa madu, royal jelly dan propolis. Makan madu dapat membantu fungsi pencernaan, dapat mencegah kanker dapat menyebar dalam darah bila ditambah dengan air putih serta dapat mendukung pembentukan sel darah. Royal Jelly dapat meningkakan kekebalan terhadap kanker, dapat memperbaiki sel-sel yang rusak, juga baik digunakan dalam perawatan kecantikan. Propolis dapat mencegah kanker usus besar, sebagai antibiotik sekaligus meningkatkan sistem kekebalan.


Bibit trigona bisa berasal dari lingkungan disekitar tempat tinggal. Koloninya bisa bersarang di dahan, batang pohon, celah bebatuan, atau tanah di hutan-hutan atau bahkan ditempat yang tidak diduga-duga, misal celah di tiang listrik atau pojokan rumah tua. Bibit lokal pasti hampir mudah beradaptasi dilingkungan ia akan diternakkan. Dari satu kotak bisa dikembangkan dan dipindahkan, menjadi beberapa kotak.
Di hutan, sarang kadang dijumpai pada pohon yang sudah mati dan batangnya lapuk. Cara yang paling mudah adalah dengan memotong batang yang lapuk itu dan membawa pulang potongan sarang. Sedangkan untuk pohon yang hidup cukup sarangnya yang diambil.

1.2    Tujuan Pelatihan
1. Mengetahui teknik pembuatan stup lebah madu
2. Mengetahui teknik pemindahan koloni lebah madu dari alam ke stup
3. Mengetahui teknik panen madu Trigona dengan benar.


1.3. Waktu dan Tempat
    Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 5 – 6 Desember 2016 di Desa Simanguntong Kecamatan Batang Natal. 

Peta lokasi pelatihan budidaya lebah madu
                                 
                                                                  

1.4. Peserta
    Pelatihan  ini  dihadiri  oleh  beberapa  perwakilan dari desa – desa pilihan yang diundang secara langsung oleh KPHP Model Mandailing Natal , yakni Desa Bulu Soma (2 orang), Desa Jambur Baru (2 orang), Desa Lubuk Samboa (2 orang), Desa Guo Batu (2 orang), Desa Muara Parlampungan (2 orang), dan Desa Simanguntong (10 orang) serta, beberapa warga dari desa lokasi kegiatan pelatihan.

1.5. Acara Pelatihan
    Pelaksanaan  pelatihan  dibagi  menjadi  tiga  sesi.    Sesi  pertama  yaitu  pembukaan yang diisi sambutan dari Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KKPH) Muliawan, SP. Sesi  kedua  yaitu  penyampaian  materi  oleh  narasumber  dari  lembaga  pemerintah  di  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Aek Nauli, Aam Hasanuddin, S. Hut beserta staf. Sesi ketiga adalah kegiatan kunjungan lapang ke lokasi budidaya lebah madu dan praktek lapangan.

II. Materi Pelatihan
Lebah Trigona (Trigona spp.) merupakan salah satu spesies lebah peng-hasil madu anggota Famili Meliponidae (tidak memiliki sengat), berukuran kecil dan merupakan salah satu serangga pollinator penting. Lebah jenis ini masih kurang popu-ler dibanding dengan Famili Apidae, se-perti Apis mellifera dan A. cerana. Lebah Trigona ini di Indonesia memiliki beberapa nama daerah, yaitu kelulut (Kali-mantan), galo-galo (Sumatera), klanceng, lenceng (Jawa), dan te’uweul (Sunda). Kelompok lebah ini membela diri dengan cara menggigit jika terganggu. Lebah ini banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis seperti di Amerika Selatan, Aus-tralia dan Asia Tenggara.

Sampai saat ini produksi sarang Trigona diperoleh dari mencari langsung ke hutan karena budidaya Trigona masih belum berkembang, selain itu produksi madunya tergolong sedikit (1-2 kg atau sekitar 2 liter per koloni per tahun). Hal ini membuat harga madunya jauh lebih mahal (Rp400.000 per liter) dari madu lebah lain. Keunggulan lebah Trigona ini adalah produksi propolisnya yang tinggi (3 kg per koloni per tahun) dibandingkan dengan lebah Apis yang hanya menghasilkan 20-30 g propolis per koloni per tahun. Sejak satu dekade ini, propolis telah banyak menarik perhatian karena memiliki daya farmakologis seperti immuno-modulator, anti tumor, antimikroba, anti inflamasi, dan anti oksidan, anti kanker, anti diabetes dan menurunkan tekanan darah tinggi.


Trigona spp, lebih banyak mencari makanan pada pagi hari dibandingkan dengan sore hari. Ukuran tubuh sangat mempengaruhi jarak terbang lebah mencari makanan. Makin besar tubuh lebah maka makin jauh jarak terbangnya. Trigona spp. dengan ukuran 5 mm mempunyai jarak terbang sekitar 600 m.


                       
                              Bapak Aam Hasanuddin, S. Hut memberikan penjelasan

Terkait  dengan  pemaparan tersebut,  kebijakan-kebijakan  yang  mendukung pemberdayaan  masyarakat  setempat  dan  memberi  kesempatan  kepada masyarakat setempat untuk mengelola sumberdaya hutan.

2.1. Pembuatan Stup
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang sebelumnya telah dirancang.
2. Buat ukuran papan 30 x 36 cm (masing – masing 2 buah untuk 1 stup lebah madu)
3. Diiris pintu masuk lebah, panjangnya sekitar 3 – 4 cm.
4. Persiapkan kayu kecil triplek (lak asbes) lalu pasangkan dengan ukuran 18 cm x 20 cm
5. Pasang kawat halus yang melintas di sisi tengahnya.
6. Buat penutup dari bahan papan dan seng sesuai ukurannya.


Praktek pembuatan stup lebah
                                                                       
Salah satu warga desa yang jadi peserta budidaya lebah madu
                                   

2.2. Pemindahan Koloni Madu Trigona dari Alam ke Stup
    1. Di timbang stup lebah madu kosong.
    2. Dipilih koloni yang cukup besar sehingga jumlah individu cukup banyak.
    3. Disiapkan sarang baru (stup)
    4. Dipotongan pintu masuk ditempelkan ke kotak sarang tepat di mulut lubang yang telah disiapkan.
    5. Dibersihkan lubang tempat koloni berada. Ini sekaligus memudahkan  pengambilan koloni. 
        Jangan lupa jaring penutup muka.
   6. Dikeluarkan dari lubang pohon dengan mencongkel sarang. 
       Usahakan   koloni tidak rusak sehingga lebah kecil itu aman.
   7. Dicari ratu trigona. Ukurannya 4 kali lebih besar dari trigona umum. 
       Pastikan sang ratu tetap dalam koloni. Bila tidak, trigona sulit dan lambat berkembang biak.
   8. Dibiarkan koloni yang masih utuh membuat trigona tetap nyaman.
   9.  Di masukkan sarang tadi dan segera tutup. Gantungkan di dekat lubang sarang lama.
 10. Di lubang bekas sarang ditutup dengan dedaunan agar trigona tidak bersarang kembali. 
       Trigona itu kemudian akan berpindah ke kotak sarang di sampingnya. Bila di kotak banyak trigona yang keluar masuk, berarti pemindahan trigona berhasil. Selanjutnya kotak dapat dibawa pulang pada sore menjelang malam. Saat itu seluruh trigona telah masuk sarang.
11. Di timbang stup setelah dipindahkan dan sebagian besar koloni telah masuk ke dalam stup.
12. Di timbang penambahan bobot stup setiap seminggu sekali.


                        Praktek pemindahan lebah dari alam ke stup lebah


                        Praktek pemindahan lebah dari alam ke stup lebah



2.3. Pemanenan  Madu Trigona

1. Disiapkan masker wearpark untuk melindungi diri dari kerumunan lebah.
2. Disiapkan kotak sarang siap dipanen setelah 3-7 bulan.
3. Disiapkan pisau dan loyang untuk menampung hasil. Gunakan pisau yang  tajam untuk memutus rekatnan sarang didinding kotak.
4. Dibagi sarang banyak tersebut  sebagian dicongkel untuk dipindahkan kekandang baru.
5. Diangkat sarang. Bila ukuran cukup besar, bisa dipotong 2 bagian.  Sebagian dimasukkan kedalam kotak sarang baru.
6. Diangkat propolis berisi madu beebread. Juga seukuran buah kersen berisi madu dan roti lebah kedalam baskom. Sisakkan sebagian di kotak sebagian cadangan makanan bagi lebah trigona untuk mencegah lebah kabur.
7. Diambil propolis dan madu sebagai hasil panen.
8. Dimasukan kotak yang sudah dimasukkan potongan sarang kembali ditutup dan letakkan ke posisi semula. Pastikan posisi sarang lurus dan tidak miring untuk mencegah larva mati.

III. Hasil Diskusi 

Pertanyaan Peserta:
1.  Ali Akbar (perwakilan Desa Jambur Baru)
a. Terkait dengan pengembangan budidaya lebah madu, jenis lebah apa  yang paling mudah untuk dibudidayakan ?

2.  Faizal Hamdani, ST (Kepala Desa Simanguntong)
a.  Mohon penjelasan kenapa ujung stup diberi sayatan selebar 3 – 4 cm ?
b. Kenapa pada saat pemindahan lebah dari alam ke stup tidak boleh dilaksanakan pada saat cuaca lembab ?


3.  Sayadi Nasution ( warga Desa Simanguntong)
a.  Kenapa perlu pengasapan pada saat kontak fisik dengan lebah ?
b.  kenapa stup lebah madu dianjurkan tidak untuk dicat ?


 Jawaban Narasumber:
1.    Aam Hasanuddin, S. Hut (LITBANG – AEK NAULI)

1a. Adalah jenis lebah Trigona spp istilah daerahnya, loba dal – dal, selain itu lebih mudah dijumpai di alam seperti di pepohonan maupun di sudut – sudut rumah. Dibandingkan madu jenis lainnya adalah melakukan pemanenan bisa dilakukan kapapun tanpa merngurangi kualitas madu di dalamnya ataupun di makan kembali oleh lebah yang lainnya dan pada pemndahan koloni juga bias di lakukan pemanenan madu meskipun dengan jumlah yang sedikit. Pemasaran hasil lebah trigona ini  biasa di jual berkisar Rp. 100.000 – 140.000 di tingkat lokal.

2a. Ujung stup diberi sayatan, karena berfungsi sebagi landasan lebah pada  saat mendarat ketika mau masuk stup.
2b. Sebab, pada saat cuaca lembab maupun ketika hujan tingkat keagresifan lebah sangat tinggi sehingga mengakibatkan kurang efektifnya pekerjaan jika tetap dilaksanakan.
3a. Pengasapan dilakukan dengan tujuan lebah – lebah tetap jinak maupun tingkat keagresifannya tetap rendah
3b. Karena jika dicat akan menimbulkan bau cat yang membuat ratu lebah ataupun lebah – lebah tidak bertahan lama di dalam stup alias tidak betah.


IV. Penutup
Secara umum pelatihan ini telah dilaksanakan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini para peserta/warga desa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru yang  dapat  dijadikan  referensi  untuk  mengelola  hutan  berbasis  masyarakat  di daerahnya  masing-masing.  Tindak  lanjut  dari  pelatihan  ini  diharapakan  dapat menghasilkan  beberapa  publikasi  berupa  informasi  singkat  dan  pedoman pelatihan yang dapat dijadikan acuan untuk kegiatan serupa di tempat lain. 
















Minggu, 23 Oktober 2016

Penataan Areal Kerja di Desa Bonca Bayuon (Kawasan HP Blok Pemberdayaan Masyarakat)

BAB I. GAMBARAN UMUM

1.1.   Latar Belakang

Penataan Areal Kerja (PAK) adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok kerja tahunan dan petak kerja guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2014 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) memiliki salah satu fungsi yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta pelaksanaan bimbingan teknis dan supervis atas penyelenggaraan pembinaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Sebagaimana dimaklumi bahwa pembangunan KPH mencakup tiga aspek yaitu aspek wilayah, aspek lembaga dan aspek rencana, dari aspek rencana sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor              : P. 6/Menhut-II/2010 yang menyangkut tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. Peraturan ini menjadi landasan pokok dalam penyelenggaraan KPH yang penting dan strategis.

Dalam pelaksanaan pengelolaan KPHP yang sudah terbentuk dan sudah tersusun rencana pengelolaan jangka panjang dan rencana pengelolaan jangka pendek maka perlu disusun petunjuk-petunjuk teknis serta laporan hasil kegiatan dari setiap kegiatan dalam rencana pengelolaan agar kegiatan yang dimaksud dapat berjalan dengan tertib. Salah satu pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Penataan Areal Kerja (PAK) terhadap blok dan petak yang sudah ditentukan tiap tahunnya untuk dilaksanakan kegiatan.

1.2.    Maksud dan Tujuan
      Pelaksanaan perjalanan dinas ini bertujuan :
1.  Mengetahui batas-batas bagian hutan, blok, petak dan anak petak secara pasti di lapangan;
2.  Mengetahui lokasi, luas areal dan aksesibiltas dari bagian hutan, blok, petak dan anak petak sebagai unit terkecil pengeloaan yang akan diusahakan;
3.  Mendapatkan koordinat terkoreksi batas-batas blok, petak dan anak petak dari titik-titik pengukuran sesuai rencana pengelolaan;
4.  Memperoleh laporan kegiatan pelaksanaan kegiatan PAK oleh unit KPHP.
1.3.      Data Unit Manajemen KPHP

1.
Nama KPHP
: KPHP Model Mandailing Natal
2.
SK Oleh
: Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan
  Kehutanan Regional I

Nomor SK
: No. 1710/MENHUT II/Reg I-1/2015

Tanggal SK
: 30 April 2015
3.
Luas Areal KPHP
: ± 153.361 Ha
4.
Alamat Kantor KPHP
: Komplek Perkantoran Payaloting
5.
Kepala KPHP
: Muliawan, SP
6.
Jenis Izin di Wilayah KPHP


-       IUPHHK HA
: PT. Inanta Timber, PT. Teluk Nauli, PT. Gunung Raya Utama Timber Industri (Gruti)

-       IUPHHK HT
: PT. Anugerah Rimba Makmur

-       Izin lainnya
: -
7.
Luas Izin di dalam areal KPHP
: ± 104.830 Ha
8.
Luas wilayah tertentu
: ± 32.181 Ha



Kondisi umum kawasan hutan Kabupaten Mandailing Natal sesuai dengan SK.579/Menhut-II/2014 dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Kondisi Umum Kawasan Hutan
No.
Fungsi Kawasan
Luas ± (Ha)
1.
Hutan Lindung (HL)
125.84 Ha
2.
Hutan Produksi (HP)
16.407 Ha
3.
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
152.719 Ha
4.
Hutan Suaka Alam (HSA)
75.583,2 Ha
5.
Hutan Produksi Konversi (HPK)
19.896 Ha
6.
Areal Penggunaan Lain (APL)
261.053 Ha
JUMLAH
538.242,2 Ha
Sumber : BPKH Wil I Medan 2014




BAB II. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Penataan Hutan pada Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
2.1.1.             Pembagian Blok pada Hutan Lindung
Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan data dan informasi potensi wilayah KPHP dilakukan pembagian blok. Hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel. 2. Pembagian blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasannya berfungsi HL.
No.
Pembagian Blok
Luas
Arahan Pemanfaatan
1.
Blok Inti
4.638,55 Ha
Perlindungan dan Rehabilitasi Lahan
2.
Blok Pemanfaatan
7.005,48 Ha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK
Jumlah
11.644,03 Ha

Sumber : KPHP Model Mandailing Natal 2015

2.1.2. Pembagian Blok pada Hutan Produksi
Secara  umum,  arahan  pemanfaatan  pada  wilayah  tertentu  KPHP  Model Mandailing Natal sesuai dengan fungsi dan blok dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3. Pembagian blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasannya fungsi HP
No.
Pembagian Blok
Luas
Arahan Pemanfaatan
1.
Blok Perlindungan
4.738,73 Ha
Restorasi Ekosistem (Kemitraan Hutan Tanaman) dan Rehabilitasi Lahan
2.
Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa lingkungan, HHBK
3.128,84 Ha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK
3.
Blok Pemanfaatan HHK-HA
48.010,59 Ha
Pemanfaatan HHK dan Kemitraan Hutan Tanaman
4.
Blok Pemanfaatan HHK-HT
59.167,04 Ha
Pemanfaatan HHK,  Pembangunan Hutan Karet, dan Pembibitan Rusa
5.
Blok Pemberdayaan Masyarakat
26.671,77 Ha
Restorasi Ekosistem (Kemitraan Hutan Tanaman)
Jumlah
141.716,97

Sumber : KPHP Model Mandailing Natal 2015


2.2. Pelaksanaan Penataan Areal Kerja (PAK)
2.2.1. Metodologi Pelaksanaan Penataan Areal Kerja
Adapun metodologi pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1)   Perencanaan pada Peta Kerja PAK
a)    Menentukan blok kerja dan petak kerja yang akan dikerjakan penataan areal kerja nya pada tahun berjalan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek KPHP dan dibuatkan Peta Kerja Penataan Areal Kerja Skala 1 : 25.000;
b)   Menentukan/memplotkan letak titik ikat batas blok yang akan dikerjakan dan sedapat mungkin diplotkan pada titik yang mudah dicari dan ditentukan di lapangan. Titik tersebut dapat berupa percabangan sungai, percabangan jalan, titik triangulasi dan atau titik koordinat yang sudah diketahui pada blok kerja sebelumnya yang telah diukur.
c)    Menentukan/memplotkan titik nol (starting point) yang merupakan awal pembuatan alur batas blok dan petak kerja, caranya yaitu dengan menarik garis lurus pada peta kerja titik ikat ke titik nol sesuai jarak dan azimut.
d)    Mengukur luas blok dan petak serta menguraikan data trayek batas berupa jarak dan azimut pada peta kerja sebagai control saat melakukan pengukuran batas di lapangan.
2)   Pengukuran di Lapangan
a)    Mencari titik ikat di lapangan, kemudian menentukan koordinat geografis dengan menggunakan GPS.
b)   Melakukan pengukuran dari titik ikat ke titik nol sesuai dengan di peta, titik awal ditetapkan koordinat geografisnya dengan GPS.
c)    Melakukan pengukuran terestrial alur batas blok dan petak sesuai yang direncanakan dikerjakan pada peta kerja.
d)    Alur batas blok dibuat dengan cara dirintis selebar kurang lebih 2 meter dan dibersihkan dari semak belukar/rintangan, pohon-pohon (jika ada) pada tepi blok diberi tanda strip 3 (///) dengan cat minyak yang mencolok sebagai batas blok dan setiap jarak 200 meter yang dipasang pada pohon disepanjang alur batas blok (dokumentasi terlampir).
e)    Membuat alur batas petak dengan cara dirintis selebar kurang lebih 1 meter dan dibersihkan dari semak belukar/rintangan, pohon-pohon (jika ada) pada tepi alur batas petak diberi tanda strip 2 (//) dengan cat minyak yang mencolok sebagai batas petak dan setiap jarak 200 meter (dokumentasi terlampir).
3)   Pengolahan Data
Jarak datar dan pengolahan koordinat geografis menggunakan software GIS kemudian dibuatkan peta penataan areal kerja yang memuat pembagian blok dan petak/anak petak sesuai dengan hasil pengukuran lapangan.

2.2.2. Pelaksanaan Penataan Areal Kerja (PAK)
a.    Pelaksana Kegiatan                 : Tim KPHP Model Mandailing Natal
b.    Waktu Pelaksanaan PAK          : 5 September s.d. 10 September 2016
c.    Tim Pelaksana Kegiatan
·         Ketua Regu                 : Muliawan, SP
·         Anggota
Darso                         : Compasman/ yang memandu arah
Mahadir Sani, A.Md      : Compasman/ yang memandu arah
Ambosa Hidayat, S. Hut : Tukang catat
Sarwoedi                    : Menebas semak belukar/rintangan dalam jalur
Sahriman                    : Membuat rintisan jalur pengukuran
Aulia Rahman              : Membuat dan memasang patok batas pada jalur
Saharman                   : Membuat dan memasang patok batas pada jalur
Solahuddin                  : Pembantu umum/tukang masak






2.2.3. Data Koordinat dan Luas Blok/Petak
    Data koordinat dan luas blok/petak berdasarkan pada hasil pelaksanaan Penataan Areal Kerja (PAK) tahun berjalan yang dikerjakan.

Tabel 4. Data koordinat dan luas blok/petak PAK yang dikerjakan
No.
Blok/Petak
PAK
Koordinat
Luas (Ha)
Kesesuaian
 di Lapangan (√)
X
Y
Sesuai
Tidak Sesuai
1.
Titik ikat
0,596333
99,34039
-
-
2.
873 A
0,598028
99,34344
80,95
-
3.
874
0,6005
99,34089
78,22
-
4.
873
0,6025
99,33658
80,95
-

Gambar berikut merupakan hasil dari ground check pada Blok Pemberdayan Masyarakat pada kawasan KPHP Model Mandailing Natal di Desa Bonca Bayuon, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal.

          Gambar 1. Peta Penataan Areal Kerja di Desa Bonca Bayuon
 


BAB III. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

3.1                . Permasalahan dan Pembahasan
1.    Penataan Areal Kerja (PAK) KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2016 dilaksanakan di Desa Bonca Bayuon, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan peta kawasan KPHP Model Mandailing Natal, Desa Bonca Bayuon termasuk ke dalam Blok Pemberdayaan Masyarakat.
2.    Permasalahan yang ditemukan pada saat kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK), yakni topografi kawasan yang tergolong curam yang menjadikan salah satu kendala ataupun permasalahan yang ditemukan pada saat proses kegiatan pemasangan plang yang berdampak pada lamanya proses kegiatan Penataan Areal Kerja dapat terselesaikan.
3.    Pelaksanaan kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) pada KPHP Model Mandailing Natal mengacu pada arahan pemanfaatan dari blok Pemberdayaan Masyarakat yang pemanfaatannya mengacu pada pengelolaan Kemitraan Kehutanan antara masyarakat desa dengan KPHP Model Mandailing Natal, maka semestinya blok tersebut di kelola dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi tetapi pada kenyataan di lapangan menunjukan keadaan yang sebaliknya sebab masyarakat sudah mulai berkebun pada blok tersebut. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu konflik antara KPHP Model Mandailing Natal dengan masyarakat setempat.
4.    Dari Tabel 4 di atas, data X dan data Y diperoleh dari hasil konversi dari titik koordinat geografis yang diambil langsung dari lapangan ke bentuk desimal berupa garis lintang (sumbu X) dan garis bujur (sumbu Y), dengan rumus =  (Nilai Degree) + (Nilai Minute/60) + (Nilai Second/3600).
5.    Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa, masing – masing luasan anak petak yang telah dikerjakan di lapangan, seluas 80,95 Ha untuk nomor blok 873 A, 78,22 Ha untuk nomor blok 874, dan 80,95 Ha untuk nomor blok 873. Setiap blok/ anak petak yang satu dengan yang lainnya masing – masing memiliki nilai azimuth yang berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya (form tally sheet di lapangan terlampir). Azimuth befungsi untuk mengoreksi jalur lintasan pada Penataan Areal Kerja (PAK) yang telah dilaksanakan KPHP Model Mandailing Natal di Desa Bonca Bayuon, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
6.    Saat pemasangan plang Blok Kerja, tim melakukan koordinasi dengan aparat desa, tokoh masyarakat, serta masyarakat lainnya guna menghindari konflik dan permasalahan yang akan timbul nantinya
7.    Kondisi areal di lokasi Penataan Areal Kerja merupakan lahan semak belukar (gas- gas) masyarakat Desa Bonca Bayuon. Menurut warga desa, lahan tersebut menjadi lahan terlantar disebabkan minimnya dana serta kurangnya keterampilan masyarakat desa dalam hal pola budidaya pertanian. Dengan adanya bantuan dari Pemerintah, khususnya dari KPHP Model Mandailing Natal baik pelatihan – pelatihan ataupun bantuan kegiatan diharapkan nantinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bonca Bayuon.






















BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.KESIMPULAN
1.    Pelaksanaan Penataan Areal Kerja (PAK) KPHP Model Mandailing Natal dilaksanakan dengan baik dan lancar.
2.    Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) pada KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2016 dilaksanakan di Desa Bonca Bayuon tepatnya berada pada Blok Pemberdayaan Masyarakat.
3.    Telah dilakukan penataan terhadap Blok Pemberdayaan Masyarakat di kawasan Hutan Produksi.
4.    Kegiatan dilakukan dengan pemasangan tanda plang Penataan areal kerja (PAK) sebanyak 3 (tiga) plang dengan nomor blok 873 A luasan anak petak = 80,95 Ha, nomor blok 874 luasan anak petak = 78,22 Ha, dan nomor blok 873 luasan anak petak = 80,95 Ha sesuai dengan rencana peta kerja yang telah dirancang sebelumnya.
5.    Salah satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang terdapat pada Desa Bonca Bayuon, adanya kegiatan penataan batas desa dan batas kawasan hutan guna mengurangi kelirunya persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan.
6.    Kondisi areal di lokasi Penataan Areal Kerja merupakan lahan semak belukar (gas- gas) masyarakat Desa Bonca Bayuon yang berstatus sebagai lahan terlantar yang belum dikelola masyarakat secara optimal.

4.2.SARAN
1.      Perlu diadakannnya kegiatan pemetaan partisipatif untuk menghasilkan batas kawasan hutan serta batas desa yang jelas.
2.      Melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap masyarakat khususnya pada wilayah yang telah dilakukan kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK), yakni pemahaman dan pendampingan langsung terhadap masyarakat akan fungsi blok pemberdayaan masyarakat.  
3.      Dengan minimnya dana dan keterampilan masyarakat Desa Bonca Bayuon, diharapkan kepada pemerintah khususnya intansi yang menangani bidang kehutanan agar memfasilitasi masyarakat desa yang bertujuan mampu untuk memanfaatkan lahan terlantar secara optimal dan lestari yang nantinya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.





















































Beberapa Dokumentasi di Lapangan :

         
          Pengamatan Peta Kerja PAK 




                      Hunting Koordinat PAK
 






          
          Koordinasi dengan Warga Desa  

 




                          Koreksi Jalur Lintasan PAK






        
            Pemasangan Plang Pak